Menjawab Tantangan Gereja Masa Kini
Image by Penerbit Adab
Menjawab Tantangan Gereja Masa Kini
Buku ini mengangkat berbagai tantangan yang dihadapi gereja di era modern, menghadapi perubahan sosial, budaya, dan teknologi yang cepat, penulis mengeksplorasi isu-isu kritis seperti sekularisasi, pluralisme, dan pengaruh media sosial terhadap kehidupan beragama.
Melalui berbagai perspektif, buku ini membahas bagaimana gereja dapat tetap relevan dan berfungsi sebagai agen perubahan di tengah dinamika masyarakat yang kompleks. Penulis juga menawarkan solusi dan strategi yang dapat diadopsi oleh gereja untuk mengatasi tantangan tersebut, termasuk pendekatan inklusif, penguatan komunitas, dan penggunaan teknologi dalam pelayanan.
Dinamika tujuh jemaat dalam Kitab Wahyu dapat menjadi refleksi kita semua agar kita bertekun dalam beribadah dan mengikut Kristus, rela menderita apa pun yang kita alami, berjuang untuk hidup dalam kebenaran, tetap setia pada Injil, beriman kepada Kristus, dan hidup dalam kasih.
Sedangkan yang perlu mendapatkan perhatian gereja adalah bersikap tegas kepada para pengacau dan nabi palsu atau tidak kompromi dengan ajaran yang menyimpang, di dalam beribadah dan pelayanan bukan sebagai rutinitas untuk mendapat pengakuan sehingga tidak mengalami keubahan karakter, tetapi semuanya kita lakukan dengan kesungguhan hati.
Gereja telah diperingatkan akan adanya masa yang sukar, dengan ciri-ciri jemaat yang egois, menempatkan uang sebagai berhala modern, mengandalkan kekuatan pribadi, sombong, membual, suka memfinah orang, tidak menghormati orang tua, tidak pernah berterima kasih, tidak mempedulikan ibadah, tidak dapat menerapkan kasih, tidak suka berdamai, kurang pengendalian diri, garang, tidak menyukai kebaikan, berkhianat, berpikir pendek, bersikap sok tahu, menuruti hawa nafsu, dan memungkhiri kekuatan ibadah, dan tidak dapat mengenal kebenaran (2 Tim. 3:1-7).
Jemaat yang tidak dapat menghadapi kesukaran hidup menyebabkan imannya merosot dan karakternya yang semakin jauh dari Tuhan. Gereja menghadapi realitas seperti ini yang harus dihadapi dengan pengajaran firman yang murni, persekutuan yang komprehensif-adaptif yang dapat menjawab kebutuhan jemaat dengan berlandaskan kasih dan menempatkan Kristus sebagai Kepala Gereja.