Nehemia: Membangun Kembali yang Runtuh

post-thumb

Image source Wikipedia.org

Nehemia: Membangun Kembali yang Runtuh

(Ketika Visi dan Doa Menjadi Tindakan)

Nehemia hidup nyaman di istana Persia sebagai juru minuman raja — posisi terhormat dan aman.
Tapi ketika ia mendengar kabar bahwa tembok Yerusalem hancur dan rakyatnya hidup dalam kehinaan, hatinya tidak tenang.

“Ketika aku mendengar berita itu, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit.”
(Nehemia 1:4)

Ia bisa saja berkata, “Itu bukan urusanku.”
Tapi hati yang peka pada Tuhan tidak bisa diam melihat kehancuran.
Sebelum tangannya bergerak, lututnya lebih dulu berlutut.
Visi besar selalu dimulai dari hati yang tergerak dan doa yang sungguh.


Doa yang Menggerakkan Aksi

Nehemia tidak hanya berdoa, tapi juga bertindak.
Ia tidak menunggu keadaan berubah, tapi meminta Tuhan memberinya kesempatan untuk menjadi bagian dari perubahan.

Berilah kiranya keberhasilan pada hamba-Mu hari ini dan jadikanlah ia kasihan di hadapan orang ini!”
(Nehemia 1:11)

Doanya bukan sekadar “Tuhan, lakukan sesuatu,” tapi:

“Tuhan, pakai aku untuk melakukan sesuatu.”

Inilah doa seorang pelayan sejati — doa yang berani disertai kesiapan untuk taat.
Ketika Tuhan membuka jalan, Nehemia melangkah dengan iman, bukan karena ia punya kuasa, tapi karena ia tahu siapa yang memanggilnya.


Membangun di Tengah Tekanan

Begitu pekerjaan dimulai, Nehemia langsung diserang kritik, ejekan, dan ancaman dari Sanbalat dan Tobia.
Tapi ia tidak berhenti.
Ia menjawab dengan sikap yang luar biasa:

 “Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil; kami, hamba-hamba-Nya, siap untuk mulai membangun.”
(Nehemia 2:20)

Ia tidak membuang waktu untuk membalas kritik.
Ia tidak sibuk menanggapi komentar negatif.
Ia tetap bekerja, tetap berdoa, tetap fokus.

Dan setiap kali ancaman datang, ia berdoa singkat tapi kuat:

“Ya Allah, kuatkanlah tanganku.”
(Nehemia 6:9)

Kadang doa terbaik bukan yang panjang, tapi yang lahir dari kelelahan dan keteguhan hati yang tulus.


Tembok Fisik, Tapi Juga Iman yang Bangkit

Tembok Yerusalem selesai dibangun dalam 52 hari — keajaiban di tengah situasi yang tampak mustahil.
Tapi yang Tuhan pulihkan bukan hanya batu-batu, melainkan jiwa umat-Nya.

Setelah tembok berdiri, Ezra membacakan hukum Tuhan di hadapan bangsa itu.
Mereka menangis, bertobat, dan beribadah lagi dengan sukacita.

“Jangan bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu.”
(Nehemia 8:10)

Nehemia sadar bahwa tembok hanyalah sarana — yang terpenting adalah hati yang kembali berdiri tegak di hadapan Allah.
Pemulihan sejati selalu dimulai dari dalam.


Nehemia di Dunia Modern

Nehemia adalah contoh luar biasa bagi orang percaya masa kini — terutama bagi pemimpin, profesional, dan pelayan gereja yang hidup di tengah dunia yang rusak moral dan nilai.
Ia mengingatkan kita bahwa:

  • Kita tidak harus jadi pendeta untuk dipakai Tuhan.

  • Kepemimpinan sejati dimulai dari kepedulian.

  • Doa tanpa tindakan adalah pasif, tapi tindakan tanpa doa adalah kosong.

  • Tuhan memakai orang yang punya hati yang peduli dan tangan yang siap bekerja.

Kita semua punya “tembok” untuk dibangun kembali:
keluarga yang renggang, pelayanan yang padam, iman yang mulai runtuh, atau bangsa yang kehilangan arah.
Dan Tuhan masih mencari orang yang berani berkata seperti Nehemia:

Aku akan bangkit dan membangun kembali.” (Nehemia 2:18)


Refleksi 

  1. Apa hal yang Tuhan taruh di hatimu untuk diperbaiki, meski tampak mustahil?

  2. Apakah kamu sudah berdoa dan bersedia dipakai Tuhan jadi bagian dari solusi?

  3. Ketika kritik datang, apakah kamu lebih sibuk membalas, atau tetap fokus membangun?

Tuhan tidak menuntut hasil besar — Ia menghargai setiap langkah setia yang dilakukan dengan kasih dan iman.


Nehemia tidak terkenal karena kuasanya, tapi karena hatinya yang tidak menyerah.
Ia mengajarkan kita bahwa iman bukan hanya soal percaya, tapi tentang membangun sesuatu yang Tuhan percayakan — dengan tangan yang lelah, tapi hati yang tetap menyala.

“Kadang yang Tuhan minta bukan kemampuanmu, tapi kesediaanmu untuk mulai membangun kembali.


“Bangkitlah, sebab pekerjaan ini baik.”
(Nehemia 2:18)